Minggu, 11 Oktober 2009

Tentukan, Catat dan Simpan Tujuan Kita

Kita mungkin pernah membaca atau pun menghadiri seminar tentang pentingnya menentukan tujuan sebagai sebuah kunci kesuksesan. Namun permasalahannya adalah sedikit sekali dari kita yang mencoba mencatat tentang tujuan kedepan. Tidak ada data yang pasti, tapi saya yakin kurang dari 5% orang menentukan tujuan untuk hidupnya.

Betul bahwa kita mungkin telah menentukan tujuan, namun tanpa aksi mencatat semua tujuan, maka kita mudah melupakan tujuan itu. Mungkin ada juga yang menentukan dan mencatat tujuan, tapi tidak menyimpannya dengan baik, maka hilanglah catatan tujuan itu.

Dari sebuah buku pengembangan diri yang pernah saya baca, ada sejumlah alasan mengapa kita cenderung tidak menentukan tujuan dalam segala sendi kehidupan kita, antara lain adalah :

Pertama : Kita tidak cukup serius.
Mungkin kita hanya bisa omong besar, namun tidak ada yang kita lakukan. Kita tidak memiliki energi positif yang mampu menjadi bahan bakar menuju sebuah keberhasilan. Kita tidak bisa hanya bicara tentang rencana apa yang akan kita kerjakan, namun kita harus mengambil suatu tindakan.

Kedua : Kita belum begitu bertanggung jawab terhadap hidup kita.
Ketika kita lebih mengandalkan dan terus mengandalkan kata “maaf” atas semua kegagalan yang kita lakukan. Akhirnya semua potensi energi kreatif kita menjadi musnah. Apakah kita cukup bertanggung jawab?

Ketiga : Kita belum begitu yakin bahwa kita layak dengan sebuah kesuksesan.
Ketika kita tumbuh dan berkembang dilingkungan yang cenderung negatif, dengan orang-orang berpikiran sangat negatif. Maka kita akan cenderung berkata “Apakah ini berguna bagi kita? Apakah bisa memberi manfaat? Apakah kita layak?” Pada saat kita mempertanyakan itu, kegagalan satu langkah didepan kita.

Keempat : Kita belum memahami pentingnya menentukan tujuan.
Jika kita lahir dalam sebuah keluarga yang tidak biasa menentukan tujuan, akhirnya kita berpikir bahwa menentukan tujuan itu tidaklah terlalu penting. Kita tidak terbiasa mengorganisir apa yang akan kita lakukan dan semuanya berantakan tanpa aturan.

Kelima : Kita belum mengerti bagaimana menentukan tujuan.
Mungkin kita banyak memperoleh pendidikan di sekolah, di bangku kuliah, di sebuah seminar. Dan bahkan kita mungkin dikelilingi oleh oran yang berhasil dan besar. Namun, kita tidak banyak belajar tentang cara menentukan sebuah tujuan. Maka kita akan berakhir dalam sebuah kegagalan.

Keenam : Kita mungkin khawatir adanya penolakan dan kritik.
Akan menjadi mudah bagi kita, jika dalam hidup kita hanya mengikuti kemana air itu mengalir, dibanding kita melawan arah. Kita menjadi khawatir jika melawan air, maka kita jadi bahan cemoohan, tertawaan. Dan kita tidak mau terlihat seperti orang bodoh dengan impian yang diluar jangkauan.

Ketujuh : Alasan terbesar adalah kita khawatir akan kegagal dari tujuan tersebut.
Mungkin kita berpikir bahwa lebih aman jika bermain dengan normal dari pada bermain menekan dan berakhir dengan kegagalan. Mungkin satu hal yang perlu kita ingat : “Menjadi sangat tidak mungkin berhasil tanpa sedikitpun kegagalan”. Kita kembali kemasa dimana Thomas Alfa Edison, dia terus gagal dan gagal dengan impiannya. Dan sampai di titik akhir dia bisa berhasil menemukan bola lampu, hinga kita semua bisa menikmati cahaya lampu.

Mungkin kita harus mencoba menerapkan cara berpikir para pemimpin hebat dunia. Dimana mereka menentukan tujuannya dan tidak pernah menggunakan kata kalah atau gagal.

Semoga Kita Berhasil.

Tidak ada komentar: